Program HEBAT..!!

Disamping adalah remaja- remaja Kota Cilegon dalam kegiatan Sosialisasi dan Pengisian Quistioner seputar pengetahuan HIV AIDS dan kesehatan reproduksi. Remaja rentan terhadap HIV. Diperkirakan terdapat lebih dari satu juta pengguna narkoba suntik di Indonesia. Sebagian besar mulai menggunakan narkoba pada usia 13-17 tahun. Para pengguna narkoba suntik ini seringkali aktif secara seksual dan kemungkinan besar melakukan hubungan seks tanpa pengaman. Remaja rentan terhadap penggunaan narkoba dan hubungan seks tidak aman di luar pernikahan yang berisiko terinfeksi HIV-AIDS. Latar Belakang Survei di antara para siswa dan guru SMP di Bandung menunjukan bahwa pemahaman penuh perilaku berisiko di antara remaja adalah sangat penting. 91,6% dari 351 siswa SMP memiliki pengetahuan tentang bahaya penyalahgunaan narkoba dan tentang kesehatan reproduksi, namun 73,4% merasa kurang memiliki kemampuan untuk menolak narkoba dan aktifitas seksual yang tidak diinginkan. Tidak hanya para siswa, para guru juga merasa kesulitan untuk mengajarkan tentang pengetahuan tersebut dikarenakan terbatasnya waktu dan kemampuan untuk mengajarkan hal tersebut.



Apakah HEBAT!

HEBAT! (Hidup Sehat Bersama Sahabat!) adalah sebuah kurikulum sekolah berbasis ketrampilan hidup tentang drugs education dan kesehatan reproduksi. Kurikulum ini menggunakan pendekatan berdasarkan hak (right-based approach) yang diberikan oleh guru-guru bimbingan dan konseling.
HEBAT! Telah diujicobakan di lima SMP di Bandung, implementasi HEBAT! Adalah hasil kerjasama antara Fakultas Kedokteran Universitas Pajajaran, Dinas Pendidikan dan Komisi Penanggulangan AIDS Kota Bandung. Kurikulum ini bertujuan untuk menjangkau semua siswa smp negeri 8 di Bandung. 

Lesson Learned :
-Analisa kebutuhan secara komprehensif diantara siswa SMP dan stakeholder lain yang terkait berfungsi sebagai bukti untuk menentukan intervensi program 
-Pembelajaran partisipatif lebih menarik bagi siswa daripada pembelajaran menggunakan pendekatan tradisional dengan komitmendari para guru untuk menjamin kualitas dari implementasi program.
-Kerjasama secara dekat antara Pemerintah, Perguruan tinggi dan LSM setempat 

HEBAT! 
-Memenuhi kebutuhan dan hak – hak remaja 
-Meningkatkan keinginan siswa untuk berprilaku sehat dengan cara meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk mencegah perilaku berisiko 
-Memampukan guru untuk memfasilitasi berbagai isu sensitive dan memberikan pelatihan bagi rekan-rekannya. 
-Membangun komitmen yang kuat dan kuat dari Pemerintah untuk menjamin kebelanjutan 

Di Kota Cilegon program HEBAT! ini belum di laksanakan namun pihak KPA dan Dinas Kesehatan sudah melakukan berbagai langkah kepada Dinas Pendidikan dengan harapan program HEBAT! dapat di aplikasikan di SMP-SMP yang berada di Kota Cilegon. Dengan semakin tingginya pengetahuan remaja akan HIV AIDS dan Narkoba suntik maka epidemic HIV AIDS di Kota Cilegon dapat di cegah. 

Sumber : 
European Union “Impact Fact Sheet” 
KPA Kota Cilegon

Baca Selengkapnya......

BAGAIMANA PERKEMBANGAN SAAT INI PENGGUNA NARKOBA SUNTIK

Epidemi HIV di kalangan pengguna jarum suntik ditandai oleh berbagai variaso regional dan negara. Namun demikian, begitu virus tersebut mulai berjangkit di dalam komunitas pengguna jarum suntik, prevelensinya bias naik sampai 90 % hanya dalam waktu kurang dari dua tahun.
Data United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC) dari Laporan Narkoba Dunia tahun 2008 menunjukan bahwa lebih dari 14 juta orang menggunakan kokain, lebih dari 15 juta menggunakan opiate, dan sekitar 33 juta menggunakan stimulant jenis amphetamine.
Perkiraan ini akan menambah jumlah orang yang lebih dari 63 juta yang, jika mereka mulai menggunakan jarum suntik dan menggunakan peralatan suntik yang sudah terkontaminasi, maka secara signifikan akan beresiko tertular HIV.
Pengguna peralatan suntik yang sudah terkontaminasi di kalangan pengguna jarum suntik adalah salah satu jalan utama penularan HIV di banyak Negara, yang berkontribusi sampai 10 %  pada seluruh penularan HIV di dunia dan pada lebih dari 30 %, jika sub Sahara Afrika tidak dimasukan.
Menurut perkiraan yang dibuat oleh Reference Group on Injecting Drug Use and HIV to the United Nations, ada sekitar 15 juta pengguna jarum suntik.
Meskipun pengguna jarum suntik telah terinfeksi di 148 negara, namun infeksi di kalangan pengguna jarum suntik dilaporkan di 120 negara. Ada perbedaan geografis dalam perkiraan prevelensi HIV – daerah yang menjadi keprihatinan tertentu meliputi Asia Tenggara, Eropa Timur dan Amerika Latin dimana beberapa perkiraan tingkat Negara lebih dari 40 %. Munculnya penggunaan jarum suntik akhir-akhir ini di beberapa Negara sub-Sahara Afrika merupakan sebuah keprihatinan utama mengingat sudah tingginya prevelensi HIV di masyarakat umum
Riset menunjukan bahwa epidemic HIV dikalangan pengguna jarum suntik dapat di cegah, dihentikan bahkan dibalikan jika penanggulangannya didasarkan atas penilaian yang baik atas situasi penggunaan narkoba tertentu dan konteks sosio – budaya dan politis dan atas bukti ilmiah.
Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pencegahan HIV dan pelayanan perawatan untuk pengguna jarum suntik di Negara-negara dimana penggunaan peralatan suntik yang sudah terkontaminasi dapat menjadi jalan utama bagi penularan virus HIV.
Oleh sebab itu peranan UNODC adalah untuk membantu Negara-negara yang mengadopsi kebijakan, lingkungan legal dan social yang mendukung, termasuk kebijakan yang memastikan akses yang pada pelayanan HIV untuk pengguna narkoba, undang-undang yang tidak mengkompromikan akses pada pelayanan HIV bagi pemakai narkoba melalui kriminalisasi dan marjinalisasi, dan kampanye advokasi untuk mengurangi stigma dan diskriminasi dan meingkatkan kepatuhan pada hak-hak azazi pemakai narkoba
Bagaimana dengan di Kota Cilegon ? Untuk komunitas pengguna jarum suntik sudah mengalami kemajuan dimana para pengguna jarum suntik ini sudah mulai peduli akan pencegahan virus HIV sehingga mereka sangat bangga dengan adanya dukungan dari luar negeri untuk Kota Cilegon khususnya dalam hal ini Global Fund, dan diantara pengguna narkoba suntik di Kota Cilegon ini ternya mereka tidak semua aktif dari kurang lebih 20 orang, hanya ada 5-8 orang yang masih aktif dalam menggunakan narkoba suntik, mengingat di Kota Cilegon belum adanya aktivasi PKM Layanan Alat Suntik Steril maka setiap ada pertemuan mereka selalu dianjurkan untuk memanfaatkan PKM LASS di Kota Serang dalam hal ini PKM Serang kota yang merupakan Layanan terdekat bagi pengguna narkoba suntik. Lalu bagaimana yang sudak tidak aktif lagi ? mereka kita ajak untuk bersama-sama mencegah penularan virus HIV AIDS dengan jalan membentuk KDS (Kelompok Dukungan Sebaya)

Sumber : 
UNODC HIV & AIDS Unit
KPA Kota Cilegon 

Baca Selengkapnya......

HAS 2011 KOTA CILEGON


CILEGON, Peringatan Hari Aids Sedunia 2011 di Kota Cilegon tahun ini dimeriahkan dengan berbagai kegiatan diantaranya Senam sehat peduli HIV AIDS, Hiburan dan kampanye Stop HIV & AIDS di dunia kerja, Talkshow dan Workshop HIV AIDS di berbagai Perusahaan. Kegiatan ini bukan semata-mata hanya sekedar merayakan HAS 2011 namun KPA Kota Cilegon menyisipkan misi bahwa penularan virus HIV AIDS tidaklah mudah dan oleh sebab itu masyarakat tidak perlu mengucilkan dan mendiskriminasikan ODHA, sebagai contoh pada kegiatan senam sehat peduli AIDS yang dihadiri oleh masing masing perwakilan dari Instansi Pemerintah, Perusahaan, Mahasiswa, Pelajar, Jaringan Komunitas dan ODHA, mereka bersama - sama melakukan senam bersama dan hal ini membuktikan bahwa HIV AIDS tidak mudah penularannya dan orang yang sudah terinfeksi virus HIV dapat beraktifitas seperti layaknya orang yang sehat tidak terinfeksi virus HIV AIDS. Senam ini diikuti kurang lebih 200 peserta dan dilaksanakan di halaman rumah dinas walikota cilegon, bersamaan dengan kegiatan senam, jaringan komunitas membagikan media KIE tentang HIV AIDS di pengguna jalan Ahmad Yani yang berada tepat di depan lokasi Senam hal ini akan memberikan informasi kepada masyarakat Kota Cilegon apa dan bagaimana HIV AIDS tersebut.


Hiburan dan Kampanye Stop HIV & AIDS dilaksanakan di Mayofield Mall dengan harapan masyarakat kota cilegon yang sedang berlibur juga dapat informasi seputar HIV AIDS, acara cukup menarik karena sosialisasi HIV AIDS digabungkan dengan aksi - aksi panggung dan nyanyian oleh GeMPHA (Gerakan Muda Peduli HIV AIDS) beserta rekan - rekan komunitas lainnya, bukan hanya itu saja, beberapa pengunjung juga diberikan pertanyaan atau quiz seputar HIV AIDS dengan hadiah yang cukup meriah.
Talkshow HIV AIDS tak luput dari sasaran KPA Kota Cilegon untuk sosialisasi di masyarakat yang gemar mendengarkan radio baik di rumah maupun di tempat kerja, kegiatan talkshow dilakukan pada pagi hari dan pendengar diberikan waktu untuk melakukan tanya jawab seputar HIV AIDS melalui telphone dalam siaran langsung (live).
Estafet Workshop HIV AIDS di 20 Perusahaan yang beroperasional di Kota Cilegon, kegiatan workshop ini dilakukan hanya dalam waktu 1 bulan yaitu di bulan desember, dari 20 perusahaan hanya 2 perusahaan yang menolak untuk kegiatan ini karena kesibukan pabrik mereka sehingga tidak memungkinkan untuk kegiatan workshop. Sebetulnya banyak sekali perusahaan di Kota Cilegon namun atas koordinasi dengan berbagai pihak dan mengingat padatnya waktu HAS 2011 maka ditetapkan cukup 20 perusahaan saja, namun tidak menutup kemungkinan bila ada perusahaan lainnya yang akan melakukan workshop HIV AIDS diluar bulan desember 2011.
Kegiatan HAS 2011 ini berjalan cukup meriah atas kerjasama yang cukup baik antara Pemerintah Kota Cilegon, Sekretariat KPA Kota Cilegon, Dinas Kesehatan Kota Cilegon, Dinas Tenaga Kerja Kota Cilegon dan berbagai komunitas yang aktif dan peduli terhadap HIV AIDS di Kota Cilegon.

STOP HIV & AIDS, Hapuskan Stigma dan Diskriminasi di Dunia Kerja

Baca Selengkapnya......

Tusuk Gigi, Bisakah Tularkan HIV ?

BARU-BARU ini ada short message service (SMS) menyebar ke masyarakat. Isi dari SMS tersebut memaparkan bahwa ada penderita HIV yang menyebarkan virus lewat tusuk gigi yang tersedia di restoran. Caranya, tusuk gigi itu dipakai hingga terkena darah lalu diusap hingga orang tidak curiga tusuk gigi tersebut pernah dipakai. Kemudian tusuk gigi diletakkan kembali ke tempatnya. Yang menjadi pertanyaan, bisakah virus HIV menular lewat cara tersebut? Untuk itu, Bali Post menanyakan pendapat Ketua VCT RS Sanglah, Prof. Dr. dr. K. Tuti Parwati Merati, Sp.PD. yang sudah lama berkecimpung menangani dan mengenal virus berbahaya ini. Menurutnya, virus HIV menginfeksi lewat penularan langsung atau direct infection. Ada dua penularan utama yaitu lewat darah dan cairan kelamin. Oleh karena itu, pemakaian jarum suntik dalam hal ini pengguna narkoba suntik yang bergantian berpotensi besar menularkan HIV karena langsung lewat pembuluh darah. Sementara untuk hubungan seksual, penularan virus melalui mikrolesi atau luka yang terjadi akibat hubungan seksual. ''Secara umum mikrolesi selalu terjadi saat hubungan seksual. Luka ini memang tidak terasa sakit karena ukurannya sangat kecil, namun cukup besar untuk virus masuk,'' jelas Tuty. Lebih lanjut mengenai tusuk gigi yang terkena darah penderita HIV, menurut Tuty, masyarakat tidak perlu panik. Virus HIV biasanya langsung mati jika berada di luar tubuh inangnya. Waktu kematiannya tergantung dari cepat atau lambat keringnya media pengantar virus tersebut dalam hal ini darah atau cairan sperma. Sebagai contoh, jika ada setetes darah penderita HIV jatuh ke lantai dan langsung kering, seiring dengan keringnya darah, virus HIV juga ikut mati. Hal yang sama juga berlaku untuk tusuk gigi. Apalagi jika darah yang menempel sudah diusap oleh pelaku sehingga darah sudah kering dan virus otomatis mati. ''Lain jika darahnya menggenang, kemungkinan virus untuk hidup menjadi lebih lama karena butuh waktu untuk kering,'' papar Tuty. Namun, Tuty berharap agar masyarakat lebih waspada dengan hal kecil terutama yang berhubungan dengan kesehatan. Meski tusuk gigi yang habis pakai tidak menularkan HIV, tetapi bisa menyebabkan penyakit lain. ''Saran saya, kalau mau pakai tusuk gigi, lebih diperhatikan apakah sudah pernah dipakai atau tidak. Karena tusuk gigi habis pakai bisa saja menularkan penyakit lain,'' papar Tuty. (san)

Sumber : Bali POST (19 Juli 2011)

Baca Selengkapnya......

Mengapa WARIA Ogah Pakai Kondom ?

Kediri – Puluhan waria di Kediri mendapat pelatihan penggunaan kondom yang benar. Mereka dituding menjadi penyebar penyakit AIDS akibat perilaku seks yang menyimpang. Pelatihan penggunaan kondom di Hotel Lotus, Kediri, ini diikuti sekitar 25 waria yang tergabung dalam Persatuan Waria Kediri (Perwaka). Mereka dikenalkan alat kontrasepsi yang paling aman dan sederhana dalam berhubungan seks, yaitu kondom. “Meski sudah banyak yang tahu, tapi ada juga yang tak paham menggunakannya,” kata Ikke Pradasari, Ketua Perwaka yang juga pengurus Komisi Penanggulangan AIDS Kediri, Rabu 19 Oktober 2011. Menurut Ikke, ada banyak kendala terkait rendahnya penggunaan kondom di kalangan waria. Faktor terbesar adalah keengganan klien atau pria hidung belang penikmat waria menggunakannya. Sebagian besar klien merasa tidak nyaman karena mengurangi kenikmatan berhubungan dan memicu rasa sakit. “Itu hanya mitos,” kata Ikke. Seorang waria harus bisa menjelaskan dengan baik alasan menggunakan kondom kepada kliennya. Meski hubungan mereka tidak seperti lazimnya pasangan lain jenis, yakni melalui dubur (anal) dan mulut (oral), penggunaan kondom bisa mencegah penularan penyakit. Apalagi kelompok ini juga kerap dituding sebagai biang penyebar penyakit AIDS. Ikke mengakui jika beberapa anggotanya memang mengidap AIDS. Namun setelah tahun 2008 tak ada satu pun anggota Perwaka yang menyandang penyakit itu. “Waria Kediri bebas AIDS,” katanya. Menariknya, selain pelatihan menggunakan kondom, peserta diklat juga diminta memberikan testimoni tentang hubungan seksual mereka mulai dari yang paling nikmat hingga menyakitkan. Sebab tak jarang dari mereka mendapatkan kekerasan seksual dari klien. Bunga, salah seorang waria, mengaku kerap dipaksa melakukan hubungan seksual tanpa kondom. Meski menyadari risiko yang diterima, dia kerap pasrah saat dipaksa membuang kondom yang dibawa. “Daripada ditinggal klien,” katanya. 

Sumber : TEMPO Interaktif Rabu, 19 Oktober 2011

Baca Selengkapnya......

Petikan Sambutan MenKoKesra RI Dalam Peringatan HAS 2011

SAMBUTAN MENKOKESRA RI :
“Mari kita tingkatkan program pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS di tempat kerja untuk mendukung pencapaian Target ke-6 MDGs Tahun 2015”
(Agung Laksono - Menteri Kooordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat RI/Ketua KPAN)




Dengan mengucap syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, saya menyambut gembira tema peringatan Hari AIDS Sedunia (HAS) Tahun 2011 : “Lindungi Pekerja dan Dunia Usaha Dari HIV dan AIDS” yang telah ditetapkan oleh Panitia Nasional HAS Tahun 2011 yang diketuai oleh Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi republik Indonesia, dengan Sub-Tema: “Penanggulangan HIV dan AIDS di tempat kerja sebagai bagian dari peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja”, yang membawa pesan slogan kampanye: ”STOP HIV dan AIDS, Hapuskan Stigma dan Diskriminasi di Dunia Kerja” Di Indonesia, Peringatan HAS 2011 dilakukan mulai dari tingkat kabupaten/kota, provinsi, hingga nasional secara berangkai sejak bulan Agustus hingga Desember. Begitu pula dengan masyarakat Indonesia yang ada di Luar Negeri, dapat berpartisipasi dalam peringatan ini melalui berbagai kegiatan sebagaimana yang dilakukan di dalam negeri dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi negara setempat. Sedangkan acara puncak akan dilakukan di Jakarta bersama Presiden RI pada tanggal 1 Desember 2011. Peringatan Hari AIDS Sedunia saya harap dapat diperingati oleh bangsa Indonesia setiap tahun. Dengan demikian kita selalu diingatkan agar mampu berbuat sesuatu dalam menyelamatkan generasi bangsa dari HIV dan AIDS. Jumlah kasus baru AIDS pada Triwulan II 2011 mencapai 6.087 orang sehingga secara kumulatif sampai dengan bulan Juni 2011 tercatat jumlah kasus AIDS sebanyak 26.483 orang. Estimasi akhir tahun 2009 memperkirakan 188.000 orang terinfeksi HIV, bahkan sebagian telah menunjukkan gejala-gejala AIDS, sungguh kondisi yang, memprihatinkan bagi bangsa kita. Kita sadari bersama bahwa upaya mengatasi epidemi HIV dan AIDS di negeri ini hanya akan berhasil bila semua komponen masyarakat bersatu dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS dengan didukung oleh komitmen yang tinggi dan kepemimpinan yang baik dari pemerintah. Oleh karena itu, saya menyambut baik tema peringatan HAS Tahun 2011 yang difokuskan pada pekerja dan dunia usaha, mengingat sebagian besar pengidap HIV dan AIDS ada pada usia produktif.  Dukungan dunia usaha dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS secara keseluruhan sangatlah penting. Melalui upaya-upaya pencegahan HIV dan AIDS di tempat kerja diharapkan dapat mencegah kerugian akibat dampak HIV dan AIDS pada dunia usaha itu sendiri sekaligus memutus salah satu mata rantai penularan HIV pada kalangan pekerja yang merupakan bagian dari mata rantai penularan di masyarakat luas. Konstribusi penting yang dapat dilakukan oleh dunia usaha dalam upaya penanggulangan HIV dan AIDS antara lain adalah melalui kebijakan penanggulangan HIV dan AIDS di Tempat Kerja. Kebijakan tersebut dapat dikembangkan untuk meningkatkan perlindungan pekerja dari HIV dan AIDS sekaligus untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan pekerja serta memelihara produktivitasnya. Dunia usaha beserta masyarakat pekerjanya juga dapat berperan mendorong menciptakan masyarakat yang mendukung upaya penanggulangan HIV dan AIDS dengan membantu mempromosikan nilai-nilai anti stigma dan diskriminasi terhadap orang dengan HIV dan AIDS, mengingat sebagian pekerja di suatu tempat kerja termasuk kelompok populasi yang rentan terinfeksi HIV. Dengan terbitnya Pedoman Pelaksanaan Peringatan HAS Tahun 2011, saya berharap seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh seluruh masyarakat dan dunia usaha, para pemangku kepentingan di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat serta masyarakat Indonesia yang berada di Luar Negeri dapat terkoordinasi dengan baik, mempunyai gaung yang luas dan daya ungkit yang tinggi dalam rangka penanggulangan dan pencegahan HIV dan AIDS di Indonesia serta mendukung tercapainya target MDGs ke-6 yaitu Perang Terhadap HIV dan AIDS. Semoga melalui Peringatan HAS Tahun 2011 kita dapat menggapai harapan-harapan yang baik pada masa mendatang, baik untuk masyarakat pekerja dan dunia usaha maupun bagi masyarakat dan bangsa Indonesia secara keseluruhan. Kepada para Gubernur, Bupati/Wali Kota, Camat, Lurah/Kepala Desa dan masyarakat, serta berbagai pihak, baik unsur Pemerintah, Donor Agencies, Swasta, dunia usaha, dan LSM, yang berperan aktif dalam penyelenggaraan HAS Tahun 2011 saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya. Akhirnya, saya ucapkan terimakasih kepada semua sektor dan pihak terkait yang telah menuangkan ide dan kreatifitasnya dalam menyusun Pedoman peringatan HAS Tahun 2011 ini. Semoga melalui Peringatan HAS Tahun 2011 kita dapat menghasilkan harapan-harapan yang baik pada masa mendatang, khususnya bagi bangsa dan negara Indonesia.


Baca Selengkapnya......

Terapi Anti Retroviral

ART adalah sarana yang paling kuat untuk program menjaga mata pencaharian bagi keluarga yang terimbas AIDS. Terapi ini menjaga kesehatan orang yang hidup dengan HIV (ODHA), yang memungkinkan mereka, khususnya mereka yang miskin untuk terus bekerja dan mendukung diri mereka sendiri dan keluarganya. Lepas dari besarnya upaya yang dilakukan, hanya satu diantara empat orang yang memerlukan terapi anti retroviral (ART) di asia yang menerimanya.
Negara-negara di Asia memiliki sumber daya dan kemampuan untuk memberikan cakupan 80% ART bagi penduduk yang memerlukannya. Sebagian besar pemerintah di negara Asia memiliki kapasitas untuk menyediakan pengobatan antiretroviral lini pertama. Biaya untuk ini sekitar $450 per orang per tahun, tanpa memperhitungkan biaya profesional dan infrastruktur kesehatan. Program – program pengobatan hendaknya tidak mencakup biaya obat – obatan, namun juga terkait dengan tes laboratorium dan biaya insidental.
Untuk mendapatkan akses yang lebih baik bagi kaum miskin, perempuan dan anak – anak, biaya transportasi untuk mendatangi pusat – pusat ART hendaknya di subsidi oleh program AIDS. Pemerintah di negara – negara Asia hendaknya membuat rencana jangka panjang untuk menjamin obat lini kedua dalam program nasional mereka yang biaya tahunannya saat ini sekitar $5000 per pasien per tahun. Strategi untuk menurunkan harga obat – obatan hendaknya juga dijajaki. Strategi ini mencakup pengadaan dibawah satu atap, negosiasi bersama, pengimporan pararel dan bila diperlukan dengan mengajukan wajib izin. 
Pemerintah hendaknya mencabut dan mengamandemen undang – undang atau peraturan – peraturan yang mengandung diskriminasi terkait HIV, Khususnya yang membatasi akses perawatan kesehatan, perawatan medis dan bentuk – bentuk asuransi laninnya. Stigma terhadap orang yang hidup dengan HIV dapat dikurangi. Ini dapat dicapai melalui upaya pemberdayaan dan dukungan atas upaya – upaya yang dilakukan oleh ODHA untuk mengorganisasikan diri sebagai advokat, pendidik dan aktivis dan dengan memperkuat kemitraan dengan media, penyedia layanan kesehatan, organisasi pemerintah dan organisasi masyarakat sipil. 
Organisasi komunitas termasuk yang mewakili kelompok yang paling berisiko dan ODHA, hendaknya dilibatkan dalam merancang, melaksanakan dan memantau progra perawatan dan pengobatan. Sekitar $0.8 milliar diperlukan untuk merawat 80% dari orang dewasa dan anak – anak yang memenuhi syarat pada tahun 2007. Jumlah ini terjangkau sebagian besar negara, yang masih memiliki prevalensi yang masih rendah. 


Sumber : UNAIDS Regional Support Team for Asia and the Pacific “Mendefinisikan kembali AIDS di Asia, Sub. Tentang Perawatan”

Baca Selengkapnya......

Penularan HIV dapat dihentikan TOTAL

Ada sebuah hasil penelitian yang banyak menjadi rujukan di Konferensi AIDS Wina tahun lalu yaitu hasil penelitian Deborah Donell dkk yang di publikasikan di Lancet pada 12 Juni 2010 yang berjudul “Heterosexual HIB-1 transmission after initiation of ART : a prospective cohort analysis”. ODHA yang minum ARV akan mengurangi penularan ke pasangan heterosexualnya sebanyak 92%.
Penelitian ini menyimpulkan pentingnya memperluas dan meningkatkan jumlah tes HIV untuk selanjutnya diteruskan dengan pengobatan. Penelitian lain, sebuah penelitian internasional besar (HPTN 052) oleh Institut Nasional Alergi dan Penyakit Infeksi Amerika yang dimulai sejak April 2005.
Penelitian itu mengikutsertakan 1.763 pasangan (97% pasangan heterosexual) dari sembilan negara. Pengobatan ARV segera setelah setelah di diagnosis ternyata mengurangi angka penularan 96%. Perbedaan tersebut amat signifikan sehingga penelitian yang dijadwalkan selesai pada 2015 terpaksa dihentikan. Agar adil semua ODHA yang diteliti segera mendapatkan pengobatan ARV. 
Jadi kita optimis bila pengobatan ARV yang dapat mencegah penularan HIV sebesar 96%, bila dikombinasikan dengan upaya pencegahan penularan ibu HIV ke bayinya, dikombinasikan dengan sirkumsisi/sunat, digabung dengan upaya pengobatan penyakit menular seksual, upaya pemakaian gel tenofovir per vaginal, serta upaya struktural untuk mengatasi kemiskinan dan meningkatan pendidikan masyarakat, memperjuangkan kesetaraan gender, dan upaya perubahan prilaku (ABCD : Abstinence, Be faithful, Condom, no Drugs) niscaya kita bisa mencegah penularan HIV secara total.

Sumber : Prof dr Zubairi Djoerban SpPD KHOM

Baca Selengkapnya......

Waria Kini Diakui di Paspor Australia, Ada Pilihan Jenis Kelamin untuk Kaum 'Waria'

CANBERRA - Kejutan dari pemerintah Australia. Kini di paspor yang dikeluarkan negara Kangguru itu ada tiga pilihan gender, yaitu laki-laki, perempuan, dan 'belum ditentukan'. Pilihan tiga opsi gender ini, menurut pemerintah Australia, untuk menghilangkan diskriminasi atas individu yang menempuh jalan transgender. Dengan demikian, transgender Australia kini dapat menyantumkan pilihan mereka di paspor dengan tanda 'X'. Tapi, ada syaratnya. Ketegasan kelamin transgender itu harus punya bukti medis, dalam hal ini surat dari dokter. Sebelumnya, lazimnya di negara-negara lain pilihan gender dalam paspor hanya dua, yaitu pria dan perempuan. Individu tidak dibolehkan mengubah gender dalam paspor mereka kecuali operasi kelamin. Senator Louse Pratt, yang punya rekan perempuan tapi sekarang diakui sebagai pria, mengatakan ini adalah terobosan penting bagi Australia. "Tanda 'X' jadi penting, karena ada orang-orang yang merasa ambigu dengan gender mereka," kata dia. "Ini penting untuk mengakui hak azazi mereka," sambung dia. Menlu Australia, Kevin Rudd, mengatakan aturan baru paspor ini akan menghapus diskriminasi gender dan orientasi seksual di bandara. Jaksa Agung Robert McClelland mengatakan aturan ini akan berdampak pada sejumlah warga Australia yang selama ini mendapat hambatan di bandara. Sumber REPUBLIKA.CO.ID,

Baca Selengkapnya......

AIDS di Kota Cilegon, Banten: PSK Jadi ‘Sasaran Tembak’

Ketika kasus HIV/AIDS mulai ’meresahkan’, maka langkah yang muncul sering tidak rasional dan cenderung mencari ’kambing hitam’. Itulah yang terjadi di banyak daerah. ‘Sasaran tembak’ yang empuk adalah pekerja seks komersial (PSK).

Maka, tidak mengherankan kalau kemudian Dinas Kesehatan Cilegon, Banten, melakukan tes darah kepada puluhan PSK di sejumlah tempat hiburan malam (PSK di Cilegon Dites Darah, www.metrotvnews.com, 11/6-2011).

Pertanyaannya adalah: Apakah PSK di tempat-tempat hiburan malam itu melakukan hubungan seksual di tempat?






Kalau jawabannya YA, maka PSK itu termasuk PSK langsung. Artinya, PSK melakukan transaksi seksual di tempat.

Tapi, kalau jawabannya TIDAK, maka PSK tsb. adalah PSK tidak langsung. Artinya, dalam kehidupan sehari-hari mereka bisa sebagai orang lain, seperti karyawan, mahasiswi, remaja ABG, pelajar, SPG, dll.

Jika kegiatan transaksi seks terjadi di tempat, maka tempat itu adalah lokasi pelacuran dan PSK-nya adalah PSK langsung.

Disebutkan: “Tak hanya itu, petugas juga membagikan alat kontrasepsi kepada para PSK.” Tidak semua alat kontrasepsi (alat untuk mencegah kehamilan) bisa sekaligus sebagai alat untuk mencegah penularan HIV melalui hubungan seksual. Hanya kondom yang bisa mencegah kehamilan dan sekaligus mencegah penularan HIV pada saat terjadi hubungan seksual.

Disebutkan pula: ”Itu dilakukan untuk mencegah penyakit HIV/AIDS pada kalangan PSK.” Dalam kaitan ini ada fakta yang dilupakan yaitu yang menularkan HIV kepada PSK adalah laki-laki penduduk Cilegon, asli atau pendatang. Dalam kehidupan sehari-hari mereka bisa sebagai seorang suami, pacar, selingkuhan, duda, lajang atau remaja. Mereka inilah yang menjadi mata rantai penyebaran HIV di masyarakat ke istri, pacar, selingkuhan atau PSK.

Penyebaran HIV di masyarakat dapat dilihat dari kasus HIV/AIDS pada ibu-ibu rumah tangga. Kasus kumulatif HIV/AIDS di Kota Cilegon tercatat 203 dengan 34 kematian.

Disebutkan lagi: ”Jumlah tersebut meningkat ketimbang dua tahun lalu.” Pernyataan ini menunjukkan wartawan yang menulis berita ini tidak memahami cara pelaporan kasus HIV/AIDS di Indonesia.

Pelaporan kasus HIV/AIDS di Indonesia dilakukan secara kumulatif. Artinya kasus lama ditambah kasus baru. Begitu seterusnya sehingga tiap waktu akan bertambah. Bahkan, biar pun banyak kasus kematian tidak akan menurunkan angka laporan kasus.

Sayang, dalam berita tidak ada penjelasan tentang langkah yang akan diambil Pemkot Cilegon terkait dengan hasil tes HIV terhadap PSK.

Prov Banten sendiri sudah mempunyai peraturan darah (Perda) penanggulangan HIV/AIDS yaitu Perda Pemprov Banten No Tahun , tapi sama seperti perda-perda lain yang ada di Indonesia Perda Banten itu pun tidak menyentuh akar persoalan (Lihat: http://edukasi.kompasiana.com/2011/05/05/perda-aids-prov-banten-menanggulangi-aids-dengan-pasal-pasal-normatif/).

Kalau saja Pemkot Cilegon mau menerapkan langkah yang konkret dalam memutus mata rantai penyebaran HIV tentulah program ’wajib kondom 100 persen’ diterapkan di tempat-tempat hiburan.

Jika program penanggulangan tidak diterapkan dengan cara-cara yang rasional, maka penyebaran HIV di Kota Cilegon akan terus terjadi. Dan, kasus demi kasus akan terus terdeteksi. ***


Sumber : 
http://regional.kompasiana.com/2011/06/12/aids-di-kota-cilegon-banten-psk-jadi-‘sasaran-tembak’/

Baca Selengkapnya......
 
 
 
 
Copyright © KPA Kota Cilegon | Powered by Hengki Siswo Utomo